POPULER

Dari 4 Dec 2012

Sunday 8 March 2015

Prostat



Mencegah dan Mengobati Penyakit Prostat

Pembesaran Prostat
Pada umumnya lelaki dewasa mempunyai risiko di serang gangguan prostat semasa hidupnya. Gangguan prostat paling umum adalah BENIGN PROSTAIC HYPERPLASIA (BPH) atau pembesaran prostat. Hampir 50% lelaki berumur antara 40-59 tahun & sebanyak 90% orang yang berusia antara 70-80 tahun terserang gejala BPH.

Gaya hidup memainkan peranan penting bagi berlakunya BPH, & ia merupakan masalah utama di negara barat. Lelaki yang tinggal di dunia yang kurang maju di mana makanan setempat diproduksi & dikonsumsi biasanya tidak diganggu oleh penyakit ini.
Sebenarnya penyakit BPH ini belumlah diketahui. Teori paling popular memfokuskan pada male hormone dihydrostestosterone (DHT) sebagai penyebabnya. Dipercayai bahwa ketika kita meningkat tua lebih banyak testerone diubah menjadi DHT yang terkumpul. dalam kelenjar prostat. Hal ini menyebabkan prostat membesar, & ia menekan uretha, (tabung di mana urine mengalir) & pundi kencing sehingga menyebabkan sering kencing & gangguan kencing, terutama diwaktu malam, Keadaan ini sering di kaitkan dengan radang kelenjar. Walaupun ia bukan penyakit kanker, tetapi ia berpotensi sebagai pendukung terjadinya penyakit kanker prostat.

Penelitian menunjukkan bahwa SAW PALMETTO BERRIES sangat efektif dalam mengurangi gangguan BPH, Jika dibandingkan dengan PROSCAR (obat BPH yang banyak diformulakan), saw palmetto lebih efektif dalam meredakan gejala prostat. Sedangkan proscar hanyalah efektif dalam meredakan gejalanya kurang dari 37% setelah mengkonsumsi obatnya selama setahun.
Diyakini bahawa saw palmetto tidak mempunyai efek samping. Sebaliknya proscar mungkin menyebabkan impotensi, penurunan libido seksual & kelahiran cacat. Saw palmetto telah mendapatkan reputasi diantara para ahli perobatan kesehatan alternatif & konvensional sebagai satu pengobatan efektif untuk BPH. Ia merupakan herba yang telah diakui oleh pengobatan konvensional sebagai aman & efektif.

Menarik untuk diperhatikan bahwa saw palmetto merupakan kelompok palm & berries, & ia merupakan diantara species kelapa. Didapati banyak asam lemak pada saw palmetto berries merupakan MCFA yang serupa dengan MCFA di dalam Minyak Kelapa Dara.
Dr. Jon Kabara, seorang ahli biokimia lemak (lipid), menegaskan bahwa asam lemak saw palmetto barries berupaya menghambat pembentukan hormon DHT. Maka demikianlah juga dengan asam lemak pada Minyak Kelapa Dara. Kesimpulan yang dapat dibuat adalah Minyak Kelapa Dara sama efektifnya, bahkan lebih efektif dalam mencegah & mengobati PROSTAT.



TESTIMONI
Berkemih menjadi aktivitas melelahkan bagi Drs. Hendarto. Di toilet ia menyeringai menahan nyeri tak terperikan, bagian bawah pusarnya yang mengeras sakit bukan kepalang. Ia tengah berkemih, tetapi urine yang keluar sedikit demi sedikit dengan interval panjang seperti air keluar dari keran tersumbat. Konsultan lingkungan & Pengusaha di Pamulang, Tangerang, itu mengira hanya anyang-anyangan. Namun, ketika 3 bulan kemudian tak kunjung sembuh, ia memeriksakan diri ke Rumah Sakit Islam Jakarta. Dokter mendiagnosis hiperplasia prostat.

Dokter menutuskan untuk mengoperasi Hendarto, tetapi Hendarto belum memutuskan untuk menerima atau menolak operasi. Pada hari ke-16 dokter telah mempersiapkan perlengkapan operasi. Namun Hendarto menolak operasi. “Informasi dari dokter kerabat saya, saat itu 90% operasi gagal & menyebabkan disfungsi ereksi,” katanya. Hendarto akhirnya kembali ke rumah. Ayah 7 anak itu menyandarkan harapan kesembuhan pada obat-obatan dokter , Obat-obatan dokter terus di konsumsi untuk mempercepat kesembuhan. Sayang, setelah obat-obatan habis gangguan sulit berkemih kembali terjadi, kesembuhan sulit digapai meski obat habis dikonsumsi.

Kemudian istri Hendarto membaca iklan VCO di media massa, dalam iklan tersebut disebutkan khasiat-khasiat VCO. & istrinya membeli VCO dibilangan Jakarta. Untuk pertama VCO dikonsumsi oleh anggota keluarga lain yang menderita asam urat akut. Setelah rutin mengkonsumsi VCO kondisi penderita membaik. Setelah itu barulah Hendarto, pria 60 tahun itu tergerak minum VCO. Ia tak tanggung-tanggung meminumnya. Kadang karena buru-buru hendak ke kantor, ia menenggak VCO langsung dari botol. Sehari-hari dengan minum VCO dosis banyak tidak berdampak buruk justru rasa sakit ketika ber-urine berangsur hilang & sembuh.

Rutin mengkonsumsi 1 sendok makan VCO 3 kali sehari selama 2 bulan mengakhiri prostat.
Hendarto bukan satu-satunya pengidap prostat yang sembuh setelah mengkonsumsi VCO. Di Denpasar, Bali, ada Mad Gani yang bernasib sama. Pensiunan PT Angkasa Pura itu hampir menjalani operasi untuk menyembuhkan prostat. Untung ketika itu kerabatnya di Malang, Jawa Timur, menyarankan minum VCO.

Sembuh kebetulan kah?
Hasil uji klinis yang ditempuh Prof Dr dr Susilo Wibowo, SpAnd menepis anggapan itu. Artinya, minyak yang kaya asam laurat itu terbukti secara ilmiah mengatasi penyakitnya kaum lelaki. Dokter spesialis Andrologi yang juga Rektor Universitas Diponegoro itu melakukan uji klinis pada 50 pasien prostat. Pemilihan sampel pasien ditentukan secara random berdasarkan kesediaan pasien mengkonsumsi VCO. Jumlah pasien dalam uji itu lebih dari cukup.

Menurut dr. Probosuseno SpPD, dari Rumahsakit dr.Sardjito, Yogyakarta, untuk mengetahui efek sebuah obat harus dicobakan pada minimal 30 pasien. Para pasien prostat yang menjadi responden-mesti mengkonsumsi VCO secara kontinu, dosis benar selama terapi (3 kali sendok makan sehari), & rutin memeriksakan diri setiap dua pekan.

Pasien tidak dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan. Sebab, rata-rata pasien yang memeriksakan diri mengidap prostat kronis & mengalami gejala mirip: sudah menikah & belum mempunyai anak serta ejakulasi dini. Rektor Universitas Diponegoro itu tetap memberikan obat yang lazim dikonsumsi penderita prostat seperti Doxiciclin, TMP-SMZ, Quinolon, & Kanamicyn.
Sedangkan VCO dikonsumsi 2 jam pasca (setelah) konsumsi obat medis.
Pengecekan pasien yang berusia di atas 30 tahun itu setiap 2 minggu. Mereka dari Semarang, Tegal, & Brebes. Adapun Hasil Uji klinis sejak Agustus s/d Oktober 2005 adalah?
Dengan penambahan VCO tingkat kesembuhan mencapai 97%;
Tanpa penambahan VCO tingkat kesembuhan, 70%.

Pada kurun 1985-1995 persentase kesembuhan 87-90%.
Penurunan persentase itu lantaran sekarang banyak beredar obat palsu.
Seluruh obat prostat produksi mancanegara.

Prof Dr dr Susilo menuturkan, Infeksi prostat sembuh lebih cepat dibanding rata-rata jangka waktu pengobatan yang hanya dengan obat modern (tanpa penambahan VCO).
Biasanya pengobatan prostat membutuhkan waktu 3-4 bulan.
Rata-rata pasien yang mengkonsumsi VCO sembuh prostat dalam waktu 2,5 bulan.
Memang ada pula pasien yang sembuh dalam waktu sebulan.
Dari 50 pasien, hanya seorang yang tidak sembuh. Kemungkinan yang tidak sembuh akibat autoimun sehingga kondisi prostat meradang terus-menerus, ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro itu.

Membengkak
Sosok kelenjar prostat amat kecil, seukuran buah kemiri atau kelereng. Letak organ genital pria yang lembut itu melingkar di leher kandung kemih & pangkal penis. Prostat membalut saluran kencing atau uretra bagian bawah menyatu dengan saluran sperma yang mengalir dari kedua buah zakar. Saat prostat itu membengkak, menyebabkan uretra tertekan. Oleh karena itu urine sulit keluar & menumpuk di kantong kemih. Bagai pipa tersumbat sehinga air sulit mengalir.

Dokter H Ahmad Bi Utomo SpBU, direktur Rumahsakit Umum Islam Kustati Solo, menuturkan jika aliran urine kurang dari 10 cc per detik disebut prostat. Idealnya, minimal 15 cc per detik. Ketika prostat membesar, aliran menyempit sehingga keluarnya urine terhambat.
Mengapa prostat membesar? Dokter spesialis bedah Urologi alumnus Universitas Airlangga itu mengatakan faktor genetik alias turunan hanya menyumbangkan peluang 20%.

Menurut dr Agus Setiawan SpU dari Rumahsakit Persahabatan Jakarta prostat membengkak karena Hormon testosteron berubah menjadi dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 a reduktase. DHT itulah yang didakwa memicu pertumbuhan sel-sel prostat secara tak terkendali. Dokter spesialis Urologi itu mengungkapkan, ketidak seimbangan antara estrogen-testosteron diduga turut memicu hiperplasia prostat. Kadar testosteron menurun seiring bertambahnya usia kaum pria; & estrogen, relatif tetap.

Prof Dr dr Susilo mengatakan, prostat juga dapat disebabkan karena bakteri, virus, & masuknya air kemih ke dalam organ itu. Bakteri & virus mengakibatkan infeksi sehingga prostat bernanah, ujar dokter berusia 52 tahun itu. Faktor lain, ketidakseimbangan antara jumlah sel prostat baru & yang apoptosis alias mati. Nah, berkurangnya jumlah sel yang mengalami apoptosis sehingga jumlah massa prostat meningkat alias membengkak hingga 2 kali lipat.

Membengkaknya prostat itulah yang disebut hiperplasia. Menurut dr H Ahmad Bi Utomo SpBU dalam dunia kedokteran dikenal 2 hiperplasia:
JINAK disebut benigna prostat hipertropi alias tumor prostat;
GANAS, karsinoma prostat atau kanker prostat.
Karsinoma prostat itu yang berpotensi metastesis atau menyebar ke bagian tubuh lain, termasuk mengeroposkan tulang. Sayang, pasien enggan berobat sehingga kasus prostat di tanahair terus meningkat.

Bagaimana VCO menyembuhkan prostat?
Menurut Prof Dr dr Susilo, peran VCO meningkatkan ketahanan tubuh melawan infeksi. Jadi, tidak langsung menyembuhkan infeksi prostat. VCO dikonsumsi kemudian dicerna oleh sistem pencernaan. Sedangkan dalam tubuh sendiri tidak ada penghubung antara saluran pencernaan dengan prostat, ujar alumnus Sydney University itu.


Plasebo
Dalam uji klinis itu Prof Dr dr Susilo tidak menyertakan kelompok kontrol alias pasien yang tak diberi VCO. Data kesembuhan pasien tanpa VCO yang hanya 70% diperoleh dari penanganan pasien prauji klinis. Setiap bulan Prof Dr dr Susilo menangani 75-100 pasien infeksi prostat. Dalam riset ilmiah itu dokter yang meriset penuaan dini pada kaum pria juga tak menyertakan plasebo.
Dalam riset obat-obatan, plasebo digunakan sebagai pembanding untuk menguji efek suatu obat. Plasebo biasanya berwujud pil, kaplet, atau sirup. Meski secara kasat mata plasebo sangat mirip obat, tetapi isinya hanya tepung atau gula. Namun, dalam kasus uji klinis VCO, plasebo tidak bisa diberikan karena bentuknya yang minyak. Sebab, pasien bisa membedakan antara plasebo & VCO yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, uji yang ditempuh Susilo disebut uji terbuka atau open label test.

Menurut dr.Zainal Gani, herbalis di Malang, Jawa Timur, langkah yang ditempuh Susilo baru permulaan uji klinis. Ia mencontohkan, ketika ia bertugas di RS Bersalin di Malang pada 1998-1999, 14.000 pasien beragam penyakit ditanganinya dengan herbal. Ada pasien rematik 6 tahun yang sembuh setelah saya beri sambiloto, krokot, & salam, kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu.

Meski demikian dr.Zainal Gani menghargai langkah Prof Dr dr Susilo. Apresiasi yang baik untuk Prof Dr dr Susilo. Sebab, ada dokter yang menggunakan herbal ketakutan kehabisan pasien. Setelah sembuh dengan VCO nanti pasien tak balik lagi, katanya. Padahal, yang dialami dr.Zainal Gani justru sebaliknya. Pasien saya malah bertambah, kata dokter yang juga meresepkan VCO kepada para pasiennya.

Dokter H Ahmad Bi Utomo SpBU mengatakan kesembuhan yang dicapai oleh responden dalam riset itu lebih cenderung karena sugesti. Kalau open label test malah kesembuhan orang cenderung sugesti, kata dokter alumnus Universitas Padjadjaran itu. Terlepas dari prokontra, kesembuhan yang lebih cepat sangat menguntungkan pasien.
Jika harus menjalani operasi, misalnya, pasien mesti membayar jutaan rupiah. Meski berperan menyembuhkan infeksi prostat, menurut Prof Dr dr Susilo, VCO tetap tidak bisa disebut obat karena berdampingan dengan obat modern lainnya. VCO hanya sebagai makanan tambahan atau suplemen. dr.Zainal Gani berpendapat sebaliknya. VCO itu obat karena bisa membunuh virus & bakteri. Hebatnya VCO, pada virus mematikan & pada tubuh manusia sebagai nutrisi. luar biasa.

Apa pun sebutannya, tak masalah. Yang penting minyak perawan itu telah membuktikan diri sebagai penyembuh prostat. Penyakit itu momok bagi kaum Adam seiring dengan bertambahnya usia.
Pada usia 50 tahun, risiko terserang prostat 50%, Pada usia 60 tahun, 60%.

Sumber:
·         Majalah Trubus, Desember 2005
·         Majalah Trubus, 2006 - (Sardi Duryatmo/Peliput: Imam Wiguna & Vina Fitriani