Mencegah dan Mengobati Penyakit Prostat
Pembesaran
Prostat
Pada umumnya lelaki dewasa mempunyai risiko
di serang gangguan prostat semasa hidupnya. Gangguan prostat paling umum adalah
BENIGN PROSTAIC HYPERPLASIA (BPH) atau pembesaran prostat. Hampir 50% lelaki
berumur antara 40-59 tahun & sebanyak 90% orang yang berusia antara 70-80
tahun terserang gejala BPH.
Gaya hidup memainkan peranan penting bagi
berlakunya BPH, & ia merupakan masalah utama di negara barat. Lelaki yang
tinggal di dunia yang kurang maju di mana makanan setempat diproduksi &
dikonsumsi biasanya tidak diganggu oleh penyakit ini.
Sebenarnya penyakit BPH ini belumlah
diketahui. Teori paling popular memfokuskan pada male hormone
dihydrostestosterone (DHT) sebagai penyebabnya. Dipercayai bahwa ketika kita
meningkat tua lebih banyak testerone diubah menjadi DHT yang terkumpul. dalam
kelenjar prostat. Hal ini menyebabkan prostat membesar, & ia menekan
uretha, (tabung di mana urine mengalir) & pundi kencing sehingga
menyebabkan sering kencing & gangguan kencing, terutama diwaktu malam,
Keadaan ini sering di kaitkan dengan radang kelenjar. Walaupun ia bukan
penyakit kanker, tetapi ia berpotensi sebagai pendukung terjadinya penyakit
kanker prostat.
Penelitian menunjukkan bahwa SAW PALMETTO
BERRIES sangat efektif dalam mengurangi gangguan BPH, Jika dibandingkan dengan
PROSCAR (obat BPH yang banyak diformulakan), saw palmetto lebih efektif dalam
meredakan gejala prostat. Sedangkan proscar hanyalah efektif dalam meredakan
gejalanya kurang dari 37% setelah mengkonsumsi obatnya selama setahun.
Diyakini bahawa saw palmetto tidak mempunyai
efek samping. Sebaliknya proscar mungkin menyebabkan impotensi, penurunan
libido seksual & kelahiran cacat. Saw palmetto telah mendapatkan reputasi
diantara para ahli perobatan kesehatan alternatif & konvensional sebagai
satu pengobatan efektif untuk BPH. Ia merupakan herba yang telah diakui oleh
pengobatan konvensional sebagai aman & efektif.
Menarik untuk diperhatikan bahwa saw palmetto
merupakan kelompok palm & berries, & ia merupakan diantara species
kelapa. Didapati banyak asam lemak pada saw palmetto berries merupakan MCFA
yang serupa dengan MCFA di dalam Minyak Kelapa Dara.
Dr. Jon
Kabara,
seorang ahli biokimia lemak (lipid), menegaskan bahwa asam lemak saw palmetto
barries berupaya menghambat pembentukan hormon DHT. Maka demikianlah juga
dengan asam lemak pada Minyak Kelapa Dara. Kesimpulan yang dapat dibuat adalah
Minyak Kelapa Dara sama efektifnya, bahkan lebih efektif dalam mencegah &
mengobati PROSTAT.
TESTIMONI
Berkemih menjadi aktivitas melelahkan bagi
Drs. Hendarto. Di toilet ia menyeringai menahan nyeri tak terperikan, bagian
bawah pusarnya yang mengeras sakit bukan kepalang. Ia tengah berkemih, tetapi
urine yang keluar sedikit demi sedikit dengan interval panjang seperti air
keluar dari keran tersumbat. Konsultan lingkungan & Pengusaha di Pamulang,
Tangerang, itu mengira hanya anyang-anyangan. Namun, ketika 3 bulan kemudian
tak kunjung sembuh, ia memeriksakan diri ke Rumah Sakit Islam Jakarta. Dokter
mendiagnosis hiperplasia prostat.
Dokter menutuskan untuk mengoperasi Hendarto,
tetapi Hendarto belum memutuskan untuk menerima atau menolak operasi. Pada hari
ke-16 dokter telah mempersiapkan perlengkapan operasi. Namun Hendarto menolak
operasi. “Informasi dari dokter kerabat saya, saat itu 90% operasi gagal &
menyebabkan disfungsi ereksi,” katanya. Hendarto akhirnya kembali ke rumah.
Ayah 7 anak itu menyandarkan harapan kesembuhan pada obat-obatan dokter ,
Obat-obatan dokter terus di konsumsi untuk mempercepat kesembuhan. Sayang,
setelah obat-obatan habis gangguan sulit berkemih kembali terjadi, kesembuhan
sulit digapai meski obat habis dikonsumsi.
Kemudian istri Hendarto membaca iklan VCO di
media massa, dalam iklan tersebut disebutkan khasiat-khasiat VCO. &
istrinya membeli VCO dibilangan Jakarta. Untuk pertama VCO dikonsumsi oleh
anggota keluarga lain yang menderita asam urat akut. Setelah rutin mengkonsumsi
VCO kondisi penderita membaik. Setelah itu barulah Hendarto, pria 60 tahun itu
tergerak minum VCO. Ia tak tanggung-tanggung meminumnya. Kadang karena
buru-buru hendak ke kantor, ia menenggak VCO langsung dari botol. Sehari-hari
dengan minum VCO dosis banyak tidak berdampak buruk justru rasa sakit ketika
ber-urine berangsur hilang & sembuh.
Rutin
mengkonsumsi 1 sendok makan VCO 3 kali sehari selama 2 bulan mengakhiri
prostat.
Hendarto bukan satu-satunya pengidap prostat
yang sembuh setelah mengkonsumsi VCO. Di Denpasar, Bali, ada Mad Gani yang
bernasib sama. Pensiunan PT Angkasa Pura itu hampir menjalani operasi untuk
menyembuhkan prostat. Untung ketika itu kerabatnya di Malang, Jawa Timur,
menyarankan minum VCO.
Sembuh
kebetulan kah?
Hasil uji klinis yang ditempuh Prof Dr dr Susilo Wibowo, SpAnd menepis
anggapan itu. Artinya, minyak yang kaya asam laurat itu terbukti secara ilmiah
mengatasi penyakitnya kaum lelaki. Dokter spesialis Andrologi yang juga Rektor
Universitas Diponegoro itu melakukan uji klinis pada 50 pasien prostat.
Pemilihan sampel pasien ditentukan secara random berdasarkan kesediaan pasien
mengkonsumsi VCO. Jumlah pasien dalam uji itu lebih dari cukup.
Menurut
dr. Probosuseno SpPD, dari
Rumahsakit dr.Sardjito, Yogyakarta, untuk mengetahui efek sebuah obat harus
dicobakan pada minimal 30 pasien. Para pasien prostat yang menjadi
responden-mesti mengkonsumsi VCO secara kontinu, dosis benar selama terapi (3
kali sendok makan sehari), & rutin memeriksakan diri setiap dua pekan.
Pasien tidak dikelompokkan berdasarkan
tingkat keparahan. Sebab, rata-rata pasien yang memeriksakan diri mengidap
prostat kronis & mengalami gejala mirip: sudah menikah & belum
mempunyai anak serta ejakulasi dini. Rektor Universitas Diponegoro itu tetap
memberikan obat yang lazim dikonsumsi penderita prostat seperti Doxiciclin,
TMP-SMZ, Quinolon, & Kanamicyn.
Sedangkan VCO dikonsumsi 2 jam pasca
(setelah) konsumsi obat medis.
Pengecekan pasien yang berusia di atas 30
tahun itu setiap 2 minggu. Mereka dari Semarang, Tegal, & Brebes. Adapun
Hasil Uji klinis sejak Agustus s/d Oktober 2005 adalah?
Dengan penambahan VCO tingkat kesembuhan
mencapai 97%;
Tanpa penambahan VCO tingkat kesembuhan, 70%.
Pada
kurun 1985-1995 persentase kesembuhan 87-90%.
Penurunan
persentase itu lantaran sekarang banyak beredar obat palsu.
Seluruh
obat prostat produksi mancanegara.
Prof Dr dr Susilo menuturkan, Infeksi prostat
sembuh lebih cepat dibanding rata-rata jangka waktu pengobatan yang hanya
dengan obat modern (tanpa penambahan VCO).
Biasanya pengobatan prostat membutuhkan waktu
3-4 bulan.
Rata-rata pasien yang mengkonsumsi VCO sembuh
prostat dalam waktu 2,5 bulan.
Memang ada pula pasien yang sembuh dalam
waktu sebulan.
Dari 50 pasien, hanya seorang yang tidak
sembuh. Kemungkinan yang tidak sembuh akibat autoimun sehingga kondisi prostat
meradang terus-menerus, ujar guru besar Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro itu.
Membengkak
Sosok kelenjar prostat amat kecil, seukuran
buah kemiri atau kelereng. Letak organ genital pria yang lembut itu melingkar
di leher kandung kemih & pangkal penis. Prostat membalut saluran kencing
atau uretra bagian bawah menyatu dengan saluran sperma yang mengalir dari kedua
buah zakar. Saat prostat itu membengkak, menyebabkan uretra tertekan. Oleh
karena itu urine sulit keluar & menumpuk di kantong kemih. Bagai pipa
tersumbat sehinga air sulit mengalir.
Dokter H Ahmad Bi Utomo SpBU, direktur
Rumahsakit Umum Islam Kustati Solo, menuturkan jika aliran urine kurang dari 10
cc per detik disebut prostat. Idealnya, minimal 15 cc per detik. Ketika prostat
membesar, aliran menyempit sehingga keluarnya urine terhambat.
Mengapa prostat membesar? Dokter spesialis
bedah Urologi alumnus Universitas Airlangga itu mengatakan faktor genetik alias
turunan hanya menyumbangkan peluang 20%.
Menurut dr Agus Setiawan SpU dari Rumahsakit
Persahabatan Jakarta prostat membengkak karena Hormon testosteron berubah
menjadi dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 a reduktase. DHT itulah
yang didakwa memicu pertumbuhan sel-sel prostat secara tak terkendali. Dokter
spesialis Urologi itu mengungkapkan, ketidak seimbangan antara
estrogen-testosteron diduga turut memicu hiperplasia prostat. Kadar testosteron
menurun seiring bertambahnya usia kaum pria; & estrogen, relatif tetap.
Prof Dr dr Susilo mengatakan, prostat juga dapat
disebabkan karena bakteri, virus, & masuknya air kemih ke dalam organ itu.
Bakteri & virus mengakibatkan infeksi sehingga prostat bernanah, ujar
dokter berusia 52 tahun itu. Faktor lain, ketidakseimbangan antara jumlah sel
prostat baru & yang apoptosis alias mati. Nah, berkurangnya jumlah sel yang
mengalami apoptosis sehingga jumlah massa prostat meningkat alias membengkak
hingga 2 kali lipat.
Membengkaknya prostat itulah yang disebut
hiperplasia. Menurut dr H Ahmad Bi Utomo SpBU dalam dunia kedokteran dikenal 2
hiperplasia:
JINAK disebut benigna prostat hipertropi
alias tumor prostat;
GANAS, karsinoma prostat atau kanker prostat.
Karsinoma prostat itu yang berpotensi
metastesis atau menyebar ke bagian tubuh lain, termasuk mengeroposkan tulang.
Sayang, pasien enggan berobat sehingga kasus prostat di tanahair terus
meningkat.
Bagaimana
VCO menyembuhkan prostat?
Menurut Prof Dr dr Susilo, peran VCO
meningkatkan ketahanan tubuh melawan infeksi. Jadi, tidak langsung menyembuhkan
infeksi prostat. VCO dikonsumsi kemudian dicerna oleh sistem pencernaan.
Sedangkan dalam tubuh sendiri tidak ada penghubung antara saluran pencernaan
dengan prostat, ujar alumnus Sydney University itu.
Plasebo
Dalam uji klinis itu Prof Dr dr Susilo tidak
menyertakan kelompok kontrol alias pasien yang tak diberi VCO. Data kesembuhan
pasien tanpa VCO yang hanya 70% diperoleh dari penanganan pasien prauji klinis.
Setiap bulan Prof Dr dr Susilo menangani 75-100 pasien infeksi prostat. Dalam
riset ilmiah itu dokter yang meriset penuaan dini pada kaum pria juga tak
menyertakan plasebo.
Dalam riset obat-obatan, plasebo digunakan
sebagai pembanding untuk menguji efek suatu obat. Plasebo biasanya berwujud
pil, kaplet, atau sirup. Meski secara kasat mata plasebo sangat mirip obat,
tetapi isinya hanya tepung atau gula. Namun, dalam kasus uji klinis VCO,
plasebo tidak bisa diberikan karena bentuknya yang minyak. Sebab, pasien bisa
membedakan antara plasebo & VCO yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, uji yang
ditempuh Susilo disebut uji terbuka atau open label test.
Menurut dr.Zainal Gani, herbalis di Malang,
Jawa Timur, langkah yang ditempuh Susilo baru permulaan uji klinis. Ia
mencontohkan, ketika ia bertugas di RS Bersalin di Malang pada 1998-1999,
14.000 pasien beragam penyakit ditanganinya dengan herbal. Ada pasien rematik 6
tahun yang sembuh setelah saya beri sambiloto, krokot, & salam, kata
alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya itu.
Meski demikian dr.Zainal Gani menghargai
langkah Prof Dr dr Susilo. Apresiasi yang baik untuk Prof Dr dr Susilo. Sebab,
ada dokter yang menggunakan herbal ketakutan kehabisan pasien. Setelah sembuh
dengan VCO nanti pasien tak balik lagi, katanya. Padahal, yang dialami
dr.Zainal Gani justru sebaliknya. Pasien saya malah bertambah, kata dokter yang
juga meresepkan VCO kepada para pasiennya.
Dokter H Ahmad Bi Utomo SpBU mengatakan
kesembuhan yang dicapai oleh responden dalam riset itu lebih cenderung karena
sugesti. Kalau open label test malah kesembuhan orang cenderung sugesti, kata
dokter alumnus Universitas Padjadjaran itu. Terlepas dari prokontra, kesembuhan
yang lebih cepat sangat menguntungkan pasien.
Jika harus menjalani operasi, misalnya,
pasien mesti membayar jutaan rupiah. Meski berperan menyembuhkan infeksi
prostat, menurut Prof Dr dr Susilo, VCO tetap tidak bisa disebut obat karena
berdampingan dengan obat modern lainnya. VCO hanya sebagai makanan tambahan
atau suplemen. dr.Zainal Gani berpendapat sebaliknya. VCO itu obat karena bisa
membunuh virus & bakteri. Hebatnya VCO, pada virus mematikan & pada
tubuh manusia sebagai nutrisi. luar biasa.
Apa pun sebutannya, tak masalah. Yang penting
minyak perawan itu telah membuktikan diri sebagai penyembuh prostat. Penyakit
itu momok bagi kaum Adam seiring dengan bertambahnya usia.
Pada usia 50 tahun, risiko terserang prostat
50%, Pada usia 60 tahun, 60%.
Sumber:
·
Majalah Trubus,
Desember 2005
·
Majalah Trubus, 2006
- (Sardi Duryatmo/Peliput: Imam Wiguna & Vina Fitriani