POPULER

Dari 4 Dec 2012

Sunday 8 March 2015

HEPATITIS



Komplikasi: TBC TULANG dengan GANGGUAN FUNGSI LEVER
Sumber: Majalah Trubus, April 2005

Anita, penderita penyakit TBC TULANG sekaligus GANGGUAN FUNGSI LEVER sehingga obat-obatan anti TPU seperti Ethambutol HCL & Pyrazinamide tidak diberikan. Obat itu mengganggu fungsi LEVER yang menyebabkan peningkatan enzim lever beberapa kali lipat. Padahal lever berperan penting dalam menetralisir racun. Kondisi Anita amat mengenaskan. Ia lumpuh, tubuh kurus, bobot tubuhnya 45kg. Hingga Anita menggunakan VCO sebagai solusi penyembuhannya, ia mengkonsumsi VCO sebelum makan, setelah makan barulah menelan obat-obatan dokter.
2 pekan kemudian, bobot tubuhnya naik 1kg. Peningkatan bobot tubuh adalah satu diantara parameter keberhasilan pengobatan TBC. Nafsu makan bertambah baik. Sebulan kemudian naik lagi 2 kg. Penambahan VCO memberikan hasil yang memuaskan. 3 bulan berselang, Anita sudah dapat berjalan lagi.



PENYAKIT LIVER / HEPATITIS

Liver merupakan organ penting dalam tubuh. Liver bertugas menghilangkan racun, membentuk protein & lemak, mensekresi hormone, menyimpan vitamin & mineral, memproduksi empedu yang diperlukan untuk pencernaan & fungsi lainnya.
Dua gangguan liver paling umum yang kita dengar adalah HEPATITIS & CIRRHOSIS. Hepatitis merupakan istilah umum yang mengindikasikan peradangan.
Hepatitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alcohol, & efek obat-obatan. HEPATITIS yang disebabkan oleh virus yaitu HEPATITIS A, B, & C.

Virus hepatitis A ditularkan melalui sanitasi & hygine yang kurang baik.
Hepatitis C adalah yang paling parah dari ketiga hepatitis tersebut.
Kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas sangat mempengaruhi kemampuan liver untuk berfungsi & kalau tidak diobati dapat menghasilkan kegagalan fungsi organ tubuh & kematian.


Rutin konsumsi VCO Mencegah  & Mengobati Penyakit Liver / Hepatitis
Sumber : Majalah Trubus, Desember 2005 (Hanni Sofi a/Peliput: Destika Cahyana & Lastioro Anmi)

Testimoni dari Pak Adi Sasono, Mantan Menteri Koperasi & Pengusaha Kecil Menengah Kabinet Reformasi Pembangunan Presiden BJ Habibie:
Suatu hari di penghujung 1997, saat kondisi tubuh tengah prima, Adi Sasono mengiyakan tawaran untuk uji kesehatan di laboratorium. Alih-alih memperoleh bukti kebugaran, yang didapat malah kabar buruk. Virus hepatitis C telah bersarang di dalam tubuh. Untuk mencari kesembuhan, RS Mount Elizabeth Singapura pun disambangi. Gagal di Singapura, Pak Adi menuju RS Loyola di Chicago, Amerika Serikat (tempatnya para hepatologis terbaik dunia) untuk mengobati hepatitis yang diidapnya. Lelah melanglang buana untuk mengobati hepatitis, perjalanan berakhir di Yogyakarta, tempat pertama Pak Adi meminum VCO.

Pak Adi tak merasakan gejala apa pun sebelumnya. Ia tak mengenal rasa sakit di seputaran ulu hati seperti pengidap hepatitis C. Suami Male Maria itu tetap saja menjalankan aktivitas tanpa terganggu virus yang berada di tubuh. Badan segar bugar tanpa ada keluhan sakit. “Saat masih menjabat menteri, saya bahkan tidur hanya 3-4 jam sehari,” ujarnya.
Namun, rupanya tubuh mantan ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu layaknya menyimpan bom waktu. Tes kesehatan di Klinik Pramitra Surabaya memperlihatkan, virus hepatitis C, awal dari sirosis alias kanker hati, bersarang di badan.
Virus itu ibarat silent killer yang merontokkan organ hati secara perlahan. “Baru terasa setelah minimal 26 minggu karena masa inkubasi virus memakan waktu lama,” tutur Prof Dr Nurul Akbar, SpPDKGEH, ahli hepatologi di Jakarta. Menurutnya pada sebagian kasus, virus hepatitis C tinggal dalam tubuh meski penderita terlihat sehat. Itu yang dinamakan hepatitis C kronis & mungkin menyebabkan kerusakan hati secara progresif. Penderita berpotensi menularkannya pada orang lain.
Itulah yang dialami putra Adnan Martawiredja. Sejak diketahui mengidap hepatitis C, ia baru merasakan kehadiran penyakit 2 tahun kemudian. Itu artinya penyakit telah beranjak menjadi kronis. Tahun baru 1999 pun menjadi begitu pahit baginya. Adi mesti pasrah saat dilarikan ke Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura. Dalam satu pekan ia didera rasa lemas, mual, & pegal di persendian.

Pindah ke Herbal
Sepulang dari Singapura, penanganan kesehatan Pak Adi diambil alih tim dokter kepresidenan (saat itu beliau masih menjabat Menteri Koperasi & Pengusaha Kecil Menengah Kabinet Reformasi Pembangunan). “Rutin 2-3 kali seminggu saya disuntik interferon,” tutur pria 7 cucu itu. Selang dua bulan bukannya malah membaik, kondisi Adi justru menurun. Rasa pegal di tubuh kian menjadi. Satu per satu rambut rontok & kulit di sekitar wajah menghitam.
Alumnus Teknik Sipil ITB itu kemudian mencoba peruntungan ke rumah sakit University of Catholic Loyola, Chicago, Amerika Serikat. Di sanalah para hepatologis terbaik di dunia berkumpul. Namun, Adi mesti menelan pil pahit. “Belum ada vaksin yang ampuh untuk hepatitis,” paparnya menirukan ucapan dokter. Suntikan interferon satu-satunya obat yang ditawarkan medis. Padahal, efek samping suntikan membuatnya kerap menggigil, menahan mual, & pegal-pegal.
Dalam kebimbangan, Adi Sasono memutuskan mencari kesembuhan lewat jalur alternatif. Pijat refleksi dari ahli di Cikajang, Garut, Jawa Barat, menjadi pilihan pertama untuk mengobati hepatitis yang dideritanya. Seminggu 3 kali ia rutin menyambangi Cikajang. Ibarat melempar batu ke permukaan air tenang, perlahan gelombangnya menghilang, tetapi batu masih tetap tinggal di dalam. Sama halnya dengan usaha Adi mempertahankan kesehatan. Setelah dipijat, kondisi tubuh menjadi prima. “Hanya saja virusnya tetap ada dalam tubuh,” ujarnya.
Ketua umum Partai Merdeka itu tak segan mencoba beraneka jamu. “Dari temulawak, cuka apel, sampai madu pahit saya konsumsi,” tutur pria berjuluk The Indonesian’s Most Dangerous Man versi majalah Far Eastern Economic Review, Desember 1998. Itu belum termasuk kiriman jamu & obat tradisional dari para rekan & kolega di daerah. “Saya minum saja semua,” kelakarnya. Ramuan herbal itu memang bermanfaat, Kesehatannya meningkat drastis. Mantan general manager PT Krama Yudha Philips Welding Electrode Manufacturing itu percaya, obat tradisional sanggup meningkatkan daya tahan tubuh. “Dengan daya tahan prima, tubuh bisa mengatasi gempuran penyakit,” ungkapnya. Toh, ia masih saja mesti berdamai dengan virus hepatitis yang enggan enyah dari tubuh. “Saya mesti berbagi hidup dengan penyakit itu,” ucapnya.

Minyak Dara
Tujuh tahun ia menghabiskan hidup sebagai carier hepatitis. Suatu ketika dipenghujung 2004 ia berjumpa dengan Bambang Setiadji, peneliti di Yogyakarta. Dari sanalah perkenalannya dengan VCO berawal. Bambang yang meneliti VCO menyarankan Pak Adi mengkonsumsi minyak dara secara rutin.
Pak Adi yakin pilihannya kali itu tak meleset, ia meneguk 1-2 sendok makan VCO sehari tanpa konsumsi obat lain. Dalam hitungan minggu kondisi tubuhnya bertambah prima. Semangat beraktivitas terasa meluap. Awal Oktober 2005, noktah cerah kesembuhan mulai tampak di mata pria 62 tahun itu.  Hasil tes SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) normal di kisaran 15-17 IU & SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) pun beranjak stabil di angka 17-20 IU.
Demikian pula tes Virus hepatitis dalam tubuhnya dinyatakan negatif alias telah musnah. Kurang yakin, tes laboratorium di lain tempat pun dilakukan. & didapat hasil yang serupa. Pantas bila konsumsi VCO yang mengandung Lauric acid (asam Laurat) kadar tinggi, tetap saja dilakukan sebagai wujud syukur.
Didukung Riset
Kisah kesembuhan Adi Sasono itu sebuah keniscayaan. Penelitian yang dilakukan Bartolotta S. & rekan sejawatnya di Universidad Tidak Buenos Udara, Ciudad Universitaria, Buenos Aires, Argentina, menunjukkan asam laurat atau C12 paling efektif menghadang tahap pendewasaan siklus replikasi virus. Lauric acid (asam Laurat) dalam tubuh bekerja mengurangi hasil sekresi virus & menghambat tekanan patogen virus, tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup sel dalam jaringan tubuh.
Dokter yang dihubungi Trubus, Prof Dr Nurul Akbar SpPD-KGEH, menjelaskan hepatitis disebabkan oleh virus yang dalam jangka waktu 6 bulan sejak terinfeksi menjadi akut & bila dibiarkan hingga 6 bulan berikutnya menjadi kronis. Virus masuk ke dalam sel hati & secara bertahap merusak sel hepar.
Virus itu menyebabkan organ hati meradang & bila pecah akan menyebabkan tubuh menjadi kuning sewarna biliburin. Warna itu akan muncul secara fisik di permukaan kulit, sela-sela kuku jari tangan, & putih di mata. Itulah yang menjadi cirri penderita hepatitis.

Jadi, bila ada obat yang bisa menghambat proses replikasi virus sangat disarankan. Selama ini dunia medis mengenal interferon yang berfungsi memperbaiki hati. “Namun, tingkat keberhasilan interferon hanya 10-15%,” ungkap Prof Dr Nurul Akbar, SpPD-KGEH. Meski di lapangan interferon sanggup mengurangi penderitaan akibat hepatitis sebanyak 40%, tapi kemampuannya memusnahkan virus masih kecil.

J. Kabara, Ph.D., profesor emeritus dari Michigan State University, Illinois, Amerika Serikat, dalam buku Minyak Kelapa dalam Bidang Kesehatan & Penyakit, yang ditulis Conrado S. Dayrit, MD.FACC.FPCC. FPCP., telah mempelajari aspek nutrisi & kesehatan minyak kelapa murni selama lebih dari 30 tahun. Laboratorium lipidnya menemukan minyak kelapa tanpa pemanasan yang tergolong raw food (makanan mentah untuk diet) di Amerika Serikat, mengandung 47-59% asam lemak jenuh rantai sedang alias medium chain fatty acid (MCFA) & monoglyceride. Asam lemak itu berupa lauric acid, myristic acid, palmitic acid, stearic acid, linoleic acid, & sebagainya. Dengan kandungan itu minyak dara baik dikonsumsi penderita hepatitis demi menghambat pertumbuhan virus dalam tubuh.

Yellia Mangan, herbalis di Jakarta Selatan, mengamini bahwa hepatitis berasal dari telur-telur parasit yang berkembang menjadi virus. Virus patogen itu bermantel lemak yang elastis & aktif. Organisme itu dapat bergerak, menyusup ke bukaan kecil, & bereplika sebanyak mungkin.
Karena diselimuti lipid alias lemak, virus hepatitis sulit ditembus obat apa pun. Riset yang dilakukan Thormar H., Isaacs CE., & rekan-rekannya di Institut Biologi, Universitas Islandia, Grensavegi, Reykjavik, menunjukkan medium chain fatty acid merupakan bahan yang sangat aktif melawan virus yang bermantel lipid.
Percobaan Thormar & rekan-rekannya diawali dengan menguji sejumlah asam lemak yang merupakan komponen normal lipid terhadap virus bermantel lipid & virus yang tak bermantel lipid. Hasil menunjukkan, asam lemak jenuh rantai medium sangat aktif melawan virus bermantel lipid, walaupun konsentrasi asam lemak yang diperlukan untuk inaktivasi virus sebanyak 20 kali lipat. & tak satu pun asam lemak yang meng-inaktivasi virus tak bermantel lipid.
Monoglyceride asam lemak itu bersifat antiviral yang dalam beberapa kasus memiliki konsentrasi 10 kali lebih rendah dari free fatty acid-nya. Antiviral asam lemak itu ditemukan berdampak pada virus bermantel lipid, penyebab kebocoran. Pada konsentrasi lebih tinggi ia mendisintegrasi sempurna virus bermantel lipid. Peristiwa itu akan diikuti terjadinya sel virus lisis alias hancur & kematian pun menjemput sang virus patogen.
Th ormar melakukan percobaan lain dengan memasukkan asam lemak jenuh rantai medium ke dalam koloni virus bermantel lipid. Itu menyebabkan pengurangan jumlah virus 3.000-10.000 kali lipat selama masa inkubasi pada 37°C dalam waktu 30 menit.

Hal serupa dijelaskan kembali oleh J. Kabara, Ph.D., dari Michigan State University, Illinois, Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan sejak awal 1966 menunjukkan senyawa lemak sederhana justru efektif untuk menonaktifkan virus bermantel lipid dengan cara merusak membran lipid dari organisme itu. & di antara sekian banyak saturated fatty acid, lauric acid memiliki aktivitas antiviral maksimal.
Penelitian itu menggunakan virus-virus prototype yang telah dipilih atau dikenali. Mereka representatif dengan strain virus bermantel lipid yang menyerang manusia. Mantel dari virus itu adalah lapisan membran lipid. Setelah diinokulasikan lauric acid & monolaurinnya, virus-virus menjadi rapuh. Rantai MCFA (Medium Chain Fatty Acid) & kandungannya bereaksi dengan cara merusak membran lipid virus. Akhirnya virus itu menjadi nonaktif dalam tubuh manusia. Percobaan juga menggunakan saturated fatty acid tipe lain.
Menurut Kabara & rekan-rekannya saturated fatty acid lebih panjang dari rantai C14, sehingga tidak mempunyai aktivitas signifikan terhadap virus. & dari MCFA, lauric acid C12 paling potensial, terutama kandungan monoglyceride alias monolaurin. Bahan itu lebih aktif daripada caprilic acid C8, caprie acid C10, atau myristic acid C14. Sedangkan dilaurin & trilaurin sama sekali tidak memiliki aktivitas.

Pantas jika para peneliti itu sepakat, asam lemak jenuh berantai sedang yang terkandung dalam VCO efektif dikonsumsi untuk mencegah kehadiran & memusnahkan virus patogen. Berbagai penelitian itu menguatkan bukti empiris khasiat VCO menumpas virus hepatitis yang dialami Pak Adi Sasono. Sumber : trubus-online.co.id - Desember 2005.

Para peneliti telah menemukan VCO mengandung MCFA yang bermanfaat besar dalam kesehatan liver. MCFA (medium chain fatty acid = berupa lauric acid, myristic acid, palmitic acid, stearic acid, linoleic acid, & sebagainya) langsung disalurkan ke dalam liver dari saluran pencernaan. Virus yang menyebabkan hepatitis tidak diaktifkan oleh MCFA, jadi membantu system kekebalan dalam memerangi infeksi yang berbahaya.
Virus hepatitis adalah virus yang memiliki selubung lemak di bagian luarnya sehingga sulit ditembus oleh obat. Struktur asam lemak jenuh rantai sedang dalam VCO memiliki struktur yang mirip selubung lemak virus sehingga VCO dapat menembus masuk & membunuh virus hepatitis.  Selain itu VCO juga mencegah kerusakan sel hati akibat radikal bebas yang disebabkan oleh virus, obat atau alkohol karena memiliki efek sebagai antioksidan.


Mardi Nugroho, SS, 36Th, PNS, Kaltim, Hp : 0813257519xx

Saya didiagnosis oleh dokter mengindap virus HEPATITIS,  virus ini merupakan kanker hati yang secara perlahan & pasti akan merusak organ hati & berakibat serius jika tidak segera diobati.

Keluhan yang sering saya alami badan lemas, badan lebih cepat lelah, sering terasa sakit di otot, mudah pusing, sering tidak tahan terhadap hawa dingin, jika kondisi tubuh drop (menurun) atau kelelahan maka pada kuku akan berubah berwarna kuning, & mata juga berwarna kuning, tubuh menjadi semakin kurus, pernah mencoba menanyakan harga obat untuk hepatistis harganya 1 juta-an hanya untuk 1x minum, sungguh terasa berat buat saya.

Alhamdulillah, setelah minum VCO sehari 4x 2 sendok makan selama 2 bulan, gejala sakit perlahan berkurang & sembuh, saya merasakan badan benar-benar fit tidak gampang capek lagi, hawa dingin yang dulunya tidak tahan sekarang sudah tidak lagi, mata & kuku yang dulunya jika kelelahan menjadi berwarna kuning sekarang sudah normal lagi.