POPULER

Dari 4 Dec 2012

Sunday, 8 March 2015

Para pakar peneliti Indonesia patahkan pendapat peneliti di Minnesota, Amerika Serikat hal minyak kelapa

Pada masa sebelumnya Asam lemak jenuh disebut-sebut sebagai sumber kolesterol penyebab penyakit degeneratif. Akibatnya minyak kelapa dengan kandungan asam lemak jenuh tersingkir oleh minyak kedelai, minyak jagung,  dan minyak ikan yang kaya asam lemak tak jenuh.

Belakangan, kehadiran Virgin Coconut Oil (VCO) mematahkan mitos itu. Asam laurat  dan  asam kapriat - berupa asam lemak jenuh berantai sedang - di dalam VCO justru bermanfaat bagi tubuh.

Mitos minyak kelapa kurang baik bagi kesehatan terbentuk pada akhir 1960-an. Ketika itu beberapa peneliti di Minnesota, Amerika Serikat, mengemukakan telah terjadi epidemi sakit jantung di Amerika. Mereka menduga epidemi itu muncul karena peningkatan kolesterol darah akibat konsumsi minyak atau lemak nabati jenuh. Minyak nabati jenuh yang tidak sehat itu mencakup tropical fats - karena banyak dibuat di negara tropis - yaitu minyak sawit  dan  minyak kelapa.
Maka muncullah anjuran untuk menukar konsumsi minyak nabati jenuh dengan minyak nabati tidak jenuh seperti minyak kedelai, kacang,  dan  jagung.

“Nasib Mujur” berpihak pada minyak sawit (NASIB MUJUR sengaja ditulis dalam tanda kutip), Para peneliti di Malaysia - produsen minyak sawit terbesar - getol melakukan riset minyak sawit untuk kesehatan.
Hal sebaliknya yang terjadi dengan minyak kelapa Indonesia, karena tanpa perlawanan (penelitian), stigma tidak sehat melekat pada minyak kelapa sejak 1963, padahal indonesia adalah penghasil minyak kelapa terbesar. keadaan tanpa perlawanan itu bagai sebuah ironi, padahal sekitar 66 tahun silam, Dr Weston A Price  dan  Dr Price telah mempublikasikan pentingnya minyak kelapa untuk kesehatan. Namun, itu semua seperti terkubur dalam khazanah ilmu pengetahuan Indonesia. Barulah pada 2004 Dr Bambang Setiadji, peneliti dari UGM, mengangkat virgin coconut oil ke permukaan dengan memproduksi langsung.

Simak pendapat Prof Dr Sidik M Eng (Farmakolog di Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran) dan bandingkan dengan Tanggapan para Pakar Peneliti
Prof Dr Sidik M Eng (Farmakolog di Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran)
Saya tak tahu persis VCO yang beredar di masyarakat itu seperti apa. Namun, dari beberapa literatur seperti Chemical Analysist yang diterbitkan pada tahun 60-an diketahui minyak kelapa mengandung asam laurat. Ia salah satu senyawa asam lemak jenuh, artinya gugus rantai karbon berikatan tunggal. Asam lemak yang memiliki gugus ikatan tunggal tidak baik untuk kesehatan. Terutama bagi kinerja jantung. Prinsipnya, untuk memutuskan ikatan tunggal pada minyak jenuh memerlukan energi besar. Jantung akan dipaksa berdegup lebih cepat untuk menghasilkan energi katabolik, sehingga tidak baik untuk kesehatan. Bila saat ini ada tren VCO sebagai minuman kesehatan, maka perlu ada penelitian dengan prosedur yang benar.

TANGGAPAN PARA PAKAR PENELITI
Prof Walujo Samoero Soerjodibroto (Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
Saya belum meneliti langsung virgin coconut oil. Namun, penelitian guru besar saya banyak membahas soal lemak. Salah satunya minyak kelapa. Dari situ terdapat beberapa hal baru yang cukup mencengangkan. Misalnya, minyak kelapa memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki minyak lain. Lima puluh persen asam lemak pada minyak kelapa berupa asam laurat alias lauric acid  dan  7% asam kapriat atau capric acid.
Keduanya adalah asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah dimetabolisir  dan  tidak meningkatkan kolesterol darah. Asam laurat di dalam tubuh diubah menjadi senyawa monolaurin yang memiliki kemampuan antivirus, antibakteri,  dan  antiprotozoa. Bahkan saat ini monolaurin sedang dikembangkan untuk melawan HIV. Sedangkan asam kapriat diubah menjadi monokaprin. Ia pun memiliki kemampuan yang hampir setara dengan monolaurin. Kemampuan istimewa itu tidak dimiliki oleh minyak jenis lain. Karena itu minyak kelapa aman untuk penderita jantung, bahkan bisa mencegah sakit jantung. Saya tak berwenang menjawab lebih jauh tentang VCO. Namun, logikanya, bila minyak kelapa yang beredar di pasaran saja jauh lebih baik dibanding minyak lain, maka besar kemungkinan VCO lebih baik. Karena VCO yang sebenarnya diolah tanpa pemanasan sehingga kualitasnya jauh lebih baik.

Dra Siti Surdijati MS (Ketua Lab Patologi Klinik Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala)
Kehadiran VCO sebagai minyak untuk kesehatan betul-betul mengagetkan. Itu membalikkan pandangan umum. Jurnal-jurnal lama yang saya baca menyebutkan asam lemak dengan rantai panjang ganda bagus untuk dikonsumsi. Ternyata betul juga, rantai panjang ganda justeru lebih mudah terpolimerisasi. Artinya, potensi terbentuknya radikal bebas pada minyak berantai ganda jauh lebih besar. Itu sebetulnya telah diketahui pada pelajaran kimia organik, tapi anehnya buku lama justru menganjurkan asam lemak jenuh berantai ganda untuk dikonsumsi.
Karena itulah penelitian-penelitian saya terdahulu lebih fokus pada bahan pangan yang mengandung banyak asam lemak berantai ganda seperti kacang. Dan, ternyata memang betul, minyak dari kacang lebih mudah teroksidasi. Pada industri komersial, minyak dari kacang justru dijenuhkan dengan proses hidrogenisasi agar tidak bau tengik. Maka itu, menurut saya, jauh lebih logis minyak jenuh dari kelapa yang mengandung asam lemak berantai sedang lebih baik dibanding minyak lain.

Dr Mangestuti Agil (Farmakolog di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga)
Sejak 2000 saya dipercaya menjadi penanggung jawab untuk mendalami aromaterapi pada Poli Obat Tradisional Dr Sutomo. Sejak itulah saya menggunakan beragam minyak sebagai minyak pembawa, salah satunya virgin coconut oil. Dari pengalaman empiris itu saya menyimpulkan. Minyak perawan sangat baik untuk aplikasi kulit. Ia mampu melembutkan  dan  melembapkan kulit. Bahkan, tak seperti minyak lain, ia mudah diserap kulit. Itu tak saya temui pada minyak lain kecuali minyak zaitun.
Saya penasaran membuka buku  dan  jurnal lama. Di sana ditemukan jawaban. VCO bisa mengangkat kotoran di kulit  dan  wajah. Saking kuatnya, kotoran itu terasa bila disentuh. Itu karena VCO punya kekuatan melarutkan  dan  menarik kotoran. Sejak mendapat kekuatan ilmiah dari literatur lama itu, saya tak pernah pakai minyak lain.
Keyakinan akan kelebihan VCO semakin kuat setelah saya tinggal di Filipina selama 4 bulan pada 2003. Ternyata orang sana menggunakan VCO sebagai obat. Bahkan minyak kelapa digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti layaknya minyak sayur di Indonesia. Sayang, mereka merahasiakan cara terbaik memperoleh VCO. Namun, untuk terapi kesehatan, saya menganjurkan minyak kelapa yang diperoleh dengan cara dingin. Karena minyak apapun, bila diperoleh dengan pemanasan pasti akan mengurangi mutu.

Prof Dr Sri Kumalaningsih (Kepala Laboratorium Pusat Ilmu  dan  Teknologi Pangan Universitas Brawijaya)
Sejak dulu orang desa di Indonesia mengkonsumsi kelapa  dan  minyaknya, tapi tak pernah terdengar ada penyakit aneh. Itu karena memang kelapa baik untuk kesehatan. Sejak 2002 saya selalu berkampanye tentang aneka ragam kelebihan kelapa. Untuk mendukung itu, laboratorium kami terus melakukan penelitian VCO. Kelapa mempunyai asam laurat yang saat masuk dalam tubuh, asam laurat diubah menjadi monolaurin yang bisa membunuh virus, bakteri, protozoa dan  parasit. Mekanismenya sederhana, mikroorganisme itu mempunyai dinding sel yang tersusun dari lipid. Dinding sel itu ditembus oleh monolaurin sehingga cairan di dalam sel tersedot keluar. Terjadilah pengerutan sel yang mengakibatkan mikroorganisme itu mati. Uniknya, mekanisme itu hanya berlaku untuk mikroorganisme jahat.

Disarikan dari sumber Trubus 2005 - (Destika Cahyana/Peliput: Karjono  dan  Oki Sakti Pandana)